MUSA
Dia Lahir saat Firaun menjadi raja di tanah Mesir. Pada waktu itu Firaun mengeluarkan sebuah maklumat kepada seluruh rakyatnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir dari seorang perempuan Ibrani. Maklumat ini sebenarnya dikeluarkan oleh raja Mesir dilatar belakangi kekuatiran raja Firaun melihat perkembangan penduduk bangsa Israel yang begitu luar biasa. Pada hal sebelumnya pemerintah Mesir telah menindas bangsa Israel dengan kerja paksa. Bahkan mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Fitom dan Ramses. Bukan hanya itu saja, bahkan orang Mesir memaksa orang Israel bekerja dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaanyang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka, tujuannya hanya satu menghambat laju pertumbuhan penduduk bangsa Israel.
Dalam situasi yang sangat mengerikan ini, seorang perempuan Ibrani dari suku Lewi mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Saya tidak dapat bayangkan betapa bahagianya ke dua orang tua anak ini ketika melihat/mendengar suara anaknya . Namun ketika pasangan suami istri ini mengingat kejamnya raja Firaun, tentunya orang tua sianak pasti merasa takut yang luar biasa. Perempuan mana yang tega melihat anaknya akan dibunuh. Ibu mana yang tidak tersayat-sayat hatinya melihat anaknya jadi korban keganasan orang lain. Itu sebabnya segala daya dan upaya akan dilakukan kedua orang tuanya , supaya berita kelahiran anaknya tidak sampai kepada orang Mesir amat terlebih terhadap Firaun.
Setiap hari kedua orang tua si anak ini harus waspada dan waspada terus menerus. Dentuman langkah-langkah kaki kuda prajurit Mesir yang lewat rumah mereka, membuat keluarga ini menambah kecamasan yang luar biasa. Sesekali sang ayah harus mengintif dari lobang jendela rumahnya untuk memastikan kalau-kalau prajurit Mesir tidak ada yang berhenti di depan rumahnya. Dan jika para prajurit itu tidak ada lagi, suami istri ini punmulai bernafas lega.
Dalam situasi yang terus menerus tertekan, pasangan suami istri terus berunding untuk mencari solusi yang terbaik bagi buah hati mereka. Pasangan ini pun bertekad untuk menyelamatkan anak mereka bagaimana pun caranya.
DI TEPI SUNGAI NIL
Hari yang ditunggu-tunggu itu pun tiba sudah. Sang ayah mempersiapkan segala sesuatu perlengkapan si bayi.Namun entah apa yang ada dibenak orang tua si bayi ini, justru yang mereka persiapkan sebuah peti kecil yang sudah dilapisi dengan ter. Si Ibu dengan duka yang sangat dalam, mengangkat bayinya dari tempat tidurnya, dan dengan perlahan-lahan sambil meneteskan air mata, diletakkannya bayi itu ke dalam peti kecil tersebut. Si Ibu itu berkata kepada si bayi yang belum mengerti apa-apa itu, "nak bukannya papa mamamu tidak sayang samamu, tetapi papa dan mamamu ini tidak tega kalau kamu jatuh ketangan para penjahat yang ingin membunuh kamu.
Setelah semuanya selesai, lalu sang ayah bergegas membawa peti kecil tersebut. Para penduduk tidak tahu apa isi peti yang dibawa sang ayah, .tetapi sang ayah tahu apa yang dia bawa. Para penduduk hanya bisa berpikir bahwa yang dibawa sang ayah adalah bekal sang ayah nantinya di ladang. Namun sang ayah berpikir bahwa anaknyalah di dalam peti itu. Para penduduk secara pasti tidak tahu sang ayah mau kemana membawa peti tersebut, namun sang ayah tahu pasti kemana ia ingin membawa peti tersebut.
Tidak berapa lama perjalanan, sang ayah pun tiba ditempat yang dia tuju. Kini ia berdiri ditepi sebuah sungai. Sambil melihat-lihat sekelilingnya guna memastikan tidak ada orang yang mengikuti jejaknya. Dengan sangat hati-hati ia meletakkan peti yang berisi bayi itu ditepi sungai nil. Berat rasanya hati sang ayah meniggalkan tempat itu, mengapa tidak? Bayi yang baru tiga bulan itu harus ia tinggalkan terapung di atas air sendirian. Namun apa daya itulah yang terbaik buat si anak.
Sungai Nil merupakan tempat dimana putri Firaun mandi. Seperti biasanya putri Firaun dan dayang-dayangnya...
Dalam situasi yang sangat mengerikan ini, seorang perempuan Ibrani dari suku Lewi mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Saya tidak dapat bayangkan betapa bahagianya ke dua orang tua anak ini ketika melihat/mendengar suara anaknya . Namun ketika pasangan suami istri ini mengingat kejamnya raja Firaun, tentunya orang tua sianak pasti merasa takut yang luar biasa. Perempuan mana yang tega melihat anaknya akan dibunuh. Ibu mana yang tidak tersayat-sayat hatinya melihat anaknya jadi korban keganasan orang lain. Itu sebabnya segala daya dan upaya akan dilakukan kedua orang tuanya , supaya berita kelahiran anaknya tidak sampai kepada orang Mesir amat terlebih terhadap Firaun.
Setiap hari kedua orang tua si anak ini harus waspada dan waspada terus menerus. Dentuman langkah-langkah kaki kuda prajurit Mesir yang lewat rumah mereka, membuat keluarga ini menambah kecamasan yang luar biasa. Sesekali sang ayah harus mengintif dari lobang jendela rumahnya untuk memastikan kalau-kalau prajurit Mesir tidak ada yang berhenti di depan rumahnya. Dan jika para prajurit itu tidak ada lagi, suami istri ini punmulai bernafas lega.
Dalam situasi yang terus menerus tertekan, pasangan suami istri terus berunding untuk mencari solusi yang terbaik bagi buah hati mereka. Pasangan ini pun bertekad untuk menyelamatkan anak mereka bagaimana pun caranya.
DI TEPI SUNGAI NIL
Hari yang ditunggu-tunggu itu pun tiba sudah. Sang ayah mempersiapkan segala sesuatu perlengkapan si bayi.Namun entah apa yang ada dibenak orang tua si bayi ini, justru yang mereka persiapkan sebuah peti kecil yang sudah dilapisi dengan ter. Si Ibu dengan duka yang sangat dalam, mengangkat bayinya dari tempat tidurnya, dan dengan perlahan-lahan sambil meneteskan air mata, diletakkannya bayi itu ke dalam peti kecil tersebut. Si Ibu itu berkata kepada si bayi yang belum mengerti apa-apa itu, "nak bukannya papa mamamu tidak sayang samamu, tetapi papa dan mamamu ini tidak tega kalau kamu jatuh ketangan para penjahat yang ingin membunuh kamu.
Setelah semuanya selesai, lalu sang ayah bergegas membawa peti kecil tersebut. Para penduduk tidak tahu apa isi peti yang dibawa sang ayah, .tetapi sang ayah tahu apa yang dia bawa. Para penduduk hanya bisa berpikir bahwa yang dibawa sang ayah adalah bekal sang ayah nantinya di ladang. Namun sang ayah berpikir bahwa anaknyalah di dalam peti itu. Para penduduk secara pasti tidak tahu sang ayah mau kemana membawa peti tersebut, namun sang ayah tahu pasti kemana ia ingin membawa peti tersebut.
Tidak berapa lama perjalanan, sang ayah pun tiba ditempat yang dia tuju. Kini ia berdiri ditepi sebuah sungai. Sambil melihat-lihat sekelilingnya guna memastikan tidak ada orang yang mengikuti jejaknya. Dengan sangat hati-hati ia meletakkan peti yang berisi bayi itu ditepi sungai nil. Berat rasanya hati sang ayah meniggalkan tempat itu, mengapa tidak? Bayi yang baru tiga bulan itu harus ia tinggalkan terapung di atas air sendirian. Namun apa daya itulah yang terbaik buat si anak.
Sungai Nil merupakan tempat dimana putri Firaun mandi. Seperti biasanya putri Firaun dan dayang-dayangnya...
ABRAHAM
Abraham merupakan seorang tokoh Alkitab yang mendapat predikat sebagai “bapa segala bangsa”. Nama Abraham sebelumnya adalah Abram, mempunyai dua saudara yakni: Nahor dan Haran. Pada awalnya Terah dan anak-anaknya tinggal di Ur-Kasdim. Dari Ur-Kasdim Terah membawa keluarganya menuju tanah Kanaan lalu sampailah mereka di Haran dan menetap di sana ( Kejadian 11:27-32).
Perjalanan hidup Abram sangat menarik untuk diteliti. Dalam Kejadian 12 dicatat bagaimana Allah memanggil dan memerintahkan Abram supaya: “pergi dari negerinya, dari sanak saudaranya, dan dari rumah bapanya ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu”. Walaupun arah dan tujuan kemana Abram harus pergi tidak diungkapkan oleh Allah secara secara spesifik, tetapi dalam pasal 12:4 dikatakan “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya”. Dengan kata lain Abram pergi dengan bermodalkan janji dan ketaatan kepada Allah. Dengan berpegang teguh akan janji-janji Allah, Abram (selanjutnya nanti nama Abram diganti menjadi Abraham) mengarungi bahtera kehidupannya. Dan dengan berpegang terhadap janji Allah itu jugalah Abraham memperoleh anak yang kelak menjadi ahli warisnya yang diberi nama Ishak. Yang walaupun secara logika tidak mungkin hal itu terjadi karena pada waktu Ishak lahir usia Abraham sudah mencapai seratus tahun dan Sara istrinya sudah menopous.
Sosok Abraham ternyata bukan hanya pribadi yang berpegang teguh terhadap janji-janji Allah, tetapi ia juga memeiliki ketaatan dan iman yang teguh. Hal itu terbukti ketika Allah meminta Ishak anak simatawayangnya untuk dipersembahkan kepada Allah sebagai korban bakaran (Kejadian 22:2). Padahal dalam perjanjian sebelumnya hal ini tidak dibicarakan. Tetapi luar biasanya Abraham membuktikan ketaatan dan keteguhan imannya kepada Allah dengan melaksanakan apa yang difirmankan Tuhan kepadanya. Tetapi yang lebih luar biasa bahwa Allah tidak pernah ingkar terhadap janji-janjiNya. Dan janji-janji Allah yang disampaikan dalam Kejadian 12 digenapi semuanya dalam kehidupan Abraham.
YUSUF
Yusuf adalah seorang tokoh Alkitab yang lika-liku perjalanan hidupnya cukup tragis namun bisa mencapai puncak kesuksesan. Anda ingin tahu rahasianya seperti apa? Ikuti terus cerita berikut. Yusuf adalah seorang anak yang lahir dari seorang perempuan yang bernama Rahel dan ayahnya bernama Yakub. Yusuf mempunyai sebelas saudara laki-laki yaitu Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulan, Dan, Naftali, Gad, Asyer dan Benyami (Benyamin satu ibu dengan Yusuf). Yusuf adalah anak yang paling dikasihi oleh Yakub sebab Yusuf anak yang lahir pada masa tuanya (Kejadian 37:3).
Sekalipun Yusuf anak yang paling dikasihi oleh ayahnya, bukan berarti Yusuf seorang anak yang manja hal itu terbukti ketika Yusuf berumur tujuh belas tahun, ia sudah terbiasa menggembalakan kambing domba dengan saudara-saudaranya. Semenjak usia muda bakat pemimpin sudah mulai tampak dalam kehidupannya. Bahkan dalam sebuah mimpi Yusuf bermimpi bahwa berkas-berkas saudara-saudaranya mengelilingi dan sujud menyembah berkasnya (Kejadian 37:7). Dan dalam mimpi yang lain tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadanya (Kejadian 37:9). Hal ini telah membuat ke kesebelas saudara Yusuf menjadi iri dan membenci dirinya. Tetapi Yakub ayah mereka menyimpan hal itu dalam hatinya (47:11) Akhirnya, kesebelas saudaranya bersepakat menjual Yusuf kepada kafilah (pedagang) orang Ismael dengan harga dua puluh sikal perak, yang sedang melakukan perjalanan ke Mesir.
Sesampainya di Mesir, Potifar, seorang pegawai istana dan pengawal raja Firaun, membeli Yusuf dari saudagar tersebut dan menempatkannya sebagai pengawal di rumahnya. Alkitab mencatat, selama Yusuf berada di rumah Potifar, memiliki kepribadian yang baik, misalnya:
· Yusuf senantiasa berada dalam penyertaan Tuhan
· Yusuf mampu mengerjakan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya
· Potifar menggangkat Yusuf sebagai koordinator bidang kerumah tanggaan di rumahnya
· Yusuf dapat mengendalikan diri, ketika istri Potifar mengajak Yusuf tidur bersama. Yusuf dengan tegas menolaknya. Namun, akibat penolakannya itu dia masuk penjara.
Meskipun di dalam penjara Yusuf tidak berubah, Tuhan tetap menyertai Yusuf. Tuhan melimpahkan kasihNya kepada Yusuf. Akhirnya Yusuf menjadi tahanan yang paling disayangi oleh kepala penjara. Dari semua orang-orang pintar yang ada di Mesir, tidak seorangpun dapat menandingi hikmat yang dimiliki Yusuf untuk menerangkan apa arti mimpi raja Firaun. Setelah Yusuf dapat menerangkan arti mimpi tersebut, Yusuf akhirnya diangkat menjadi deputi pelaksana pemerintahan di Mesir. Meskipun ia telah menjadi orang penting di Mesir, Yusuf tidak pernah berubah. Yusuf tetap takut akan Tuhan dan penuh dengan hikmat serta menjadi orang yang bijaksana bahkan ia mampu memberikan pengampunan terhadap saudara-saudaranya yang walaupun telah berbuat jahat terhadapnya (Kejadian 45). Lebih dari pada itu, meskipun Yusuf telah berada di puncak kesuksesan ia tidak lupa terhadap orang tuanya dan itu terbukti ia menjemput Yakub dari tanah Kanaan.