Bab 2
Manusia
A. Hakekat Manusia
1. Manusia Menurut filsafat Sekuler: Menurut Materialisme: Manusia pada hakekatnya adalah materi. Manusia tidak lebih dari materi oleh materi dan untuk materi. Manusia tidak lebih dari apa yang dimakannya. Ajaran Komunisme:Menitikberatkan hakekat manusia pada nilai ekonomisnya, manusia itu dianggap sebagai mahluk ekonomi (Homoeconomisus). Hakekat manusia adalah kerja. Dan seluruh kerja manusia diarahkan pada produksi yang bersifat ekonomi. Segala sesuatu yang tidak bernilai ekonomi tidak layak hidup
2. Manusia Menurut Agama-agama non Kristen
2.1. Agama Primitif:
Menurut agama primitif secara umum, bahwa manusia dan dunia dipandang dalam suatu kesatuan yang utuh (totalisme). Menurut konsep totalisme primitive, hubungan manusia sebagai mikrokosmos bukan seperti hubungan subjek dan objek, melainkan sebagai hubungan sesame subjek. Yang perlu dipelihara sesame subjek itu ialah agar terpelihara ketertiban dan keseimbangan kosmos. Manusia bertanggungjawab kepada alam, denga cara ikut memelihara ketertiban dan keharmonisan alam. Memandang dunia ini penuh dengan daya-daya gaib (Dynamisme) adanya roh-roh yang mendiami tempat-tempat tertentu (Animisme). Manusia dapat berhungan dan mempergunakan daya-daya gaib untuk kepentingannya.
2.2.Menurut agama Hindu:
Manusia terdiri dari tiga unsur ; Atman, Jiwa, dan Angga. Jika manusia diumpamakan seperti mobil, maka Atman adalah penggeraknya, Jiwa adalah pengendalinya, dan Angga adalah kerangkanya. Jiwa dan Angga itu sifatnya fana, hancur pada saat manusia mati. Tetapi Atman adalah bagian inti dari manusia, dan sifatnya kekal. Atman berasal dari Brahman. Brahman ialah yang mutlak dan yang sempurna. Jika manusia mati maka Atmannya pun menjelma pada bentuk-bentuk yang lain sesuai dengan karmanya. Atman itulah yang lahir berulang-ulang (re-inkarnasi). Apabila Atman itu telah bersatu dengan Brahman maka itulah yang disebut suasana Moksa (Tujuan hidup). Status /keberadaan manusia (atman, jiwa, angga) ditentukan oleh karma seseorang. Apabila karmanya baik maka status keberadaannya semakin tinggi dan terhormat dan sebaliknya.
2.3.Menurut Agama Budha:
Manusia terdiri dari “namarupa”, “nama” berarti roh dan “rupa” berarti tubuh. Manusia sebagai namarupa sama sekali tidak memiliki kepribadian, sehingga manusia sama sekali tidak mempunyai beban beban apapun sebagai tanggungan sebab dan akibat. Bila manusia menuruti norma-norma, ia dapat terlepas dari prasangka bahwa ia adalah pribadi, lalu manusia dapat bebas dari nafsu-nafsu yang membara. Selama nafsu dimiliki manusia itu maka dia tidak akan sampai kepada kebebasan, kesempurnaan. Menurut ajaran agama Budha agar manusia sampai kepada kesempurnaan (Nirwana), maka dia harus menghilangkan hawa nafsu dan egoisme.
2.4.Manurut Agama Islam:
Menegaskan tentang konsep penciptaan. Hakekat manusia adalah berasal dari ciptaan Allah. Hidup menurut Islam bukan hanya kehidupan duniawi, tetapi berkelanjutan akhirat hidup didunia adalah sebagai masa bakti. Manusia disebut “abdi” artinya hamba. Apa yang dipetik di akhirat adalah hasil tanaman di dunia, amal baik akan berbalas baik, amal buruk akan berbalas buruk
2.5. Menurut Agama Kristen
Iman Kristen meyakini bahwa langit, bumi beserta dengan segala isinya diciptakan oleh Tuhan, hal itu dapat kita lihat dalam Alkitab khususnya Kejadian 1-3.
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.“ (Kejadian 1:26
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka (Kejadian 1:27)
Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kejadian 2:7)
2.5.1. Keistimewahan Manusia:
2.5.1.1 Dibentuk Oleh Allah
2.5.1.2 Segambar dan Serupa dengan Allah:
Menurut beberapa tokoh Gereja
Origenes: Beranggapan bahwa gambar dan rupa Allah yang ada padaa manusia itu adalah tabiat yang berakal dari manusia, yang membuat manusia itu menjadi teladan atau serupa dengan Allah
Martin Luther: bahwa gambar dan rupa Allah itu menghunjuk kepada pengetahuan Allah, kebenaran, kekudusan yang dimiliki oleh manusia
Yohanes Calvin: Menjelaskan bahwa gambar dan rupa Allah itu dengan membedakan hakikat manusia yang dapat dan yang tidak dapat berubah. Gambar adalah hakikat manusia yang tak dapat berubah yaitu bahwa manusia itu memiliki akal, kehendak, dan kepribadian. Sedangkan rupa sifat manusia yang dapat berubah
Gambar (Tselem) dan rupa (Demuth) adalah dua istilah yang berbeda tetapi pada dasarnya memiliki arti yang sama. “Gambar” “ukiran” atau “patung”. (Presentasi yang kelihatan dari yang tak kelihatan) maksudnya manusia itu merupakan “gambar” atau presentasi yang kelihatan dari Allah yang tak kelihatan. Misalnya perihal; kebaikan, kebenaran, kekudusan, pengetahuan dll. Manusia menggambarkan atau memperlihatkan Allah yang tidak dapat kelihatan. Dengan demikian, jika dikatakan manusia itu segambar dan serupa dengan Allah bahwa manusia memiliki kesamaan kharakteristik ilahi dengan Allah. Manusia memiliki hubungan yang erat dengan Allah. Manusia satu-satunya makhluk ciptaan yang religius/nilai kerohanian, nilai moral dan nilai kekekalan.
2.5.1.3. Manusia adalah penguasa dan pemelihara alam
semesta
Manusia adalah mandataris Allah yang berhak dan berkuasa atas alam semesta (Kejadian 1:28). Kepada manusia dipercayakan Allah tugas dan tanggungjawab untuk mengambil prakarsa dan berkarya demi kepentingan manusia itu sendiri dan makhluk ciptaan lainnya. Selain sebagai penguasa Allah juga menugaskan manusia untuk memelihara alam semesta (Kejadian 2:15
2.5.1.4. Manusia adalah makhluk sosial:
TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.“ (Kejadian 2:18)
Sebelum Allah menjadikan dan memberikan penolong Apa yang terjadi
Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia
Manusia
A. Hakekat Manusia
1. Manusia Menurut filsafat Sekuler: Menurut Materialisme: Manusia pada hakekatnya adalah materi. Manusia tidak lebih dari materi oleh materi dan untuk materi. Manusia tidak lebih dari apa yang dimakannya. Ajaran Komunisme:Menitikberatkan hakekat manusia pada nilai ekonomisnya, manusia itu dianggap sebagai mahluk ekonomi (Homoeconomisus). Hakekat manusia adalah kerja. Dan seluruh kerja manusia diarahkan pada produksi yang bersifat ekonomi. Segala sesuatu yang tidak bernilai ekonomi tidak layak hidup
2. Manusia Menurut Agama-agama non Kristen
2.1. Agama Primitif:
Menurut agama primitif secara umum, bahwa manusia dan dunia dipandang dalam suatu kesatuan yang utuh (totalisme). Menurut konsep totalisme primitive, hubungan manusia sebagai mikrokosmos bukan seperti hubungan subjek dan objek, melainkan sebagai hubungan sesame subjek. Yang perlu dipelihara sesame subjek itu ialah agar terpelihara ketertiban dan keseimbangan kosmos. Manusia bertanggungjawab kepada alam, denga cara ikut memelihara ketertiban dan keharmonisan alam. Memandang dunia ini penuh dengan daya-daya gaib (Dynamisme) adanya roh-roh yang mendiami tempat-tempat tertentu (Animisme). Manusia dapat berhungan dan mempergunakan daya-daya gaib untuk kepentingannya.
2.2.Menurut agama Hindu:
Manusia terdiri dari tiga unsur ; Atman, Jiwa, dan Angga. Jika manusia diumpamakan seperti mobil, maka Atman adalah penggeraknya, Jiwa adalah pengendalinya, dan Angga adalah kerangkanya. Jiwa dan Angga itu sifatnya fana, hancur pada saat manusia mati. Tetapi Atman adalah bagian inti dari manusia, dan sifatnya kekal. Atman berasal dari Brahman. Brahman ialah yang mutlak dan yang sempurna. Jika manusia mati maka Atmannya pun menjelma pada bentuk-bentuk yang lain sesuai dengan karmanya. Atman itulah yang lahir berulang-ulang (re-inkarnasi). Apabila Atman itu telah bersatu dengan Brahman maka itulah yang disebut suasana Moksa (Tujuan hidup). Status /keberadaan manusia (atman, jiwa, angga) ditentukan oleh karma seseorang. Apabila karmanya baik maka status keberadaannya semakin tinggi dan terhormat dan sebaliknya.
2.3.Menurut Agama Budha:
Manusia terdiri dari “namarupa”, “nama” berarti roh dan “rupa” berarti tubuh. Manusia sebagai namarupa sama sekali tidak memiliki kepribadian, sehingga manusia sama sekali tidak mempunyai beban beban apapun sebagai tanggungan sebab dan akibat. Bila manusia menuruti norma-norma, ia dapat terlepas dari prasangka bahwa ia adalah pribadi, lalu manusia dapat bebas dari nafsu-nafsu yang membara. Selama nafsu dimiliki manusia itu maka dia tidak akan sampai kepada kebebasan, kesempurnaan. Menurut ajaran agama Budha agar manusia sampai kepada kesempurnaan (Nirwana), maka dia harus menghilangkan hawa nafsu dan egoisme.
2.4.Manurut Agama Islam:
Menegaskan tentang konsep penciptaan. Hakekat manusia adalah berasal dari ciptaan Allah. Hidup menurut Islam bukan hanya kehidupan duniawi, tetapi berkelanjutan akhirat hidup didunia adalah sebagai masa bakti. Manusia disebut “abdi” artinya hamba. Apa yang dipetik di akhirat adalah hasil tanaman di dunia, amal baik akan berbalas baik, amal buruk akan berbalas buruk
2.5. Menurut Agama Kristen
Iman Kristen meyakini bahwa langit, bumi beserta dengan segala isinya diciptakan oleh Tuhan, hal itu dapat kita lihat dalam Alkitab khususnya Kejadian 1-3.
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.“ (Kejadian 1:26
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka (Kejadian 1:27)
Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kejadian 2:7)
2.5.1. Keistimewahan Manusia:
2.5.1.1 Dibentuk Oleh Allah
2.5.1.2 Segambar dan Serupa dengan Allah:
Menurut beberapa tokoh Gereja
Origenes: Beranggapan bahwa gambar dan rupa Allah yang ada padaa manusia itu adalah tabiat yang berakal dari manusia, yang membuat manusia itu menjadi teladan atau serupa dengan Allah
Martin Luther: bahwa gambar dan rupa Allah itu menghunjuk kepada pengetahuan Allah, kebenaran, kekudusan yang dimiliki oleh manusia
Yohanes Calvin: Menjelaskan bahwa gambar dan rupa Allah itu dengan membedakan hakikat manusia yang dapat dan yang tidak dapat berubah. Gambar adalah hakikat manusia yang tak dapat berubah yaitu bahwa manusia itu memiliki akal, kehendak, dan kepribadian. Sedangkan rupa sifat manusia yang dapat berubah
Gambar (Tselem) dan rupa (Demuth) adalah dua istilah yang berbeda tetapi pada dasarnya memiliki arti yang sama. “Gambar” “ukiran” atau “patung”. (Presentasi yang kelihatan dari yang tak kelihatan) maksudnya manusia itu merupakan “gambar” atau presentasi yang kelihatan dari Allah yang tak kelihatan. Misalnya perihal; kebaikan, kebenaran, kekudusan, pengetahuan dll. Manusia menggambarkan atau memperlihatkan Allah yang tidak dapat kelihatan. Dengan demikian, jika dikatakan manusia itu segambar dan serupa dengan Allah bahwa manusia memiliki kesamaan kharakteristik ilahi dengan Allah. Manusia memiliki hubungan yang erat dengan Allah. Manusia satu-satunya makhluk ciptaan yang religius/nilai kerohanian, nilai moral dan nilai kekekalan.
2.5.1.3. Manusia adalah penguasa dan pemelihara alam
semesta
Manusia adalah mandataris Allah yang berhak dan berkuasa atas alam semesta (Kejadian 1:28). Kepada manusia dipercayakan Allah tugas dan tanggungjawab untuk mengambil prakarsa dan berkarya demi kepentingan manusia itu sendiri dan makhluk ciptaan lainnya. Selain sebagai penguasa Allah juga menugaskan manusia untuk memelihara alam semesta (Kejadian 2:15
2.5.1.4. Manusia adalah makhluk sosial:
TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.“ (Kejadian 2:18)
Sebelum Allah menjadikan dan memberikan penolong Apa yang terjadi
Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia