Bab 3
Konsep Iman Kristen Tentang Tuhan Yang Maha Esa
_____________________________________________ A. Bukti-bukti adanya Tuhan Allah
1. Argumentasi ontologis: Bukti ini ingin membuktikan bahwa Tuhan Allah ada, dengan menunjukkan kepada adanya pengertian tentang Tuhan. Tiap orang memiliki “Pengertian tentang Tuhan”. Oleh karena tiap orang memiliki “pengertian tentang Tuhan”, maka Tuhan tentu ada.
2. Argumentasi teleologis: Argumentasi teleologis mengatakan karena alam semesta mempertunjukkan desain yang begitu luar biasa, pastilah ada seorang desainer Illahi. Contohnya, kalau saja bumi lebih dekat atau lebih jauh beberapa ratus mil dari matahari, bumi ini tidak akan mampu mendukung kehidupan seperti yang ada sekarang ini. Jikalau unsur-unsur alam di atmosfir kita berbeda beberapa persen saja dari apa yang ada, semua mahluk hidup di atas bumi ini akan binasa
3. Argumentasi kosmologis/kausalitas. Setiap akibat pasti ada penyebabnya. Alam semesta dan segala isinya adalah akibat atau hasil. Pastilah ada sesuatu yang mengakibatkan segalanya ada. Pada akhirnya, haruslah ada sesuatu yang “tidak disebabkan” yang mengakibatkan segala sesuatu ada. Sesuatu yang “tidak disebabkan” itu adalah Allah.
4. Argumentasi moral. Setiap kebudayaan dalam sejarah selalu memiliki sejenis hukum/peraturan. Setiap orang memiliki perasaan benar dan salah. Pembunuhan, berbohong, mencuri dan imoralitas hampir selalu ditolak secara universal. Dari manakah datangnya perasaan benar dan salah ini kalau bukan dari Allah yang suci?
B. Hakekat Tuhan Allah
Keberadaan Tuhan Allah menurut agama-agama:
1. Agama Primitif/Agama suku: Yang Ilahi ada dimana-mana; pada pohon, sungai, lembah, kuburan dll, Alam penuh daya gaib, Harus dihormati kalau tidak bisa mengganggu, Bisa dimanfaatkan
2. Agama Hindu: Agama Hindu mempercayai ada suatu keberadaan yang mutlak yaitu Brahman, atau Sang Hyang Widhi. Keberadaan Brahman itu meresap pada seluruh alam, dan seluruh alam semesta adalah pancaran dari Brahman. Termasuk zat inti manusia yang disebut atman adalah berasal dari Brahman. Atman-atman inilah yang menjelma dalam bentuk . Makhluk-makhluk hidup. Penjelmaan atman ini terjadi secara berulang-ulang dan itulah yang disebut Reinkarnasi. Apabila karmanya buruk maka pencelmaan atmannya akan menjadi buruk, dan jika karmanya baik maka penjelmaannya akan lebih baik dan dapat menjadi dewa atau dewi.
3. Agama Budha: Menurut agama Budha, keberadaan Tuhan yang Maha Esa itu yang disebut Sang Hyang Adi Budha, adalah kekosongan. Menurut ajaran budha; kesempurnaan, kebenaran, kekuatan dan kebahagiaan dapat dirasakan, apabila manusia itu sampai kepada kekosongan (sunyata). Menghilangkan keakuan, egoisme berarti berusaha mencapai kekosongan. Jika seseorang telah berhasil mengosongkan dirinya, itu sama artinya dia telah mengalami kesempurnaan.
4 Agama Islam: Agama Islam Mempercayai dan menyembah hanya satu Tuhan atau Allah. Agama Islam sering menyebut dirinya sebagai Agama Tauhid, artinya agama yang mempercayai keberadaan Allah yang Esa. Bagi Islam kepercayaan kepada Allah yang Maha Esa, adalah salah satu inti utama dalam ajaran Islam.
5. Agama Kristen: Iman Kristen meyakini bahwa Allah itu adalah Esa. Hal itu dapat kita lihat dalam ayat-ayat Alkitab berikut: Ulangan 6:4: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa Maleaki 2:15: Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh , 1 Timotius 1:17: Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! 1 Tim 2:5: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.
Istilah Esa dalam bahasa aslinya dipakai kata ‘ekhad’ yang berarti “satu” atau “saja”. Arti satu disini sama dengan kata “satu” dari dua menjadi “satu” daging (Kejadian 2:24). Kata satu” disini berarti satu kesatuan.
Dari uraian di atas teranglah kiranya, bahwa kata 'ekhâd atau "esa" di dalam pengakuan iman Israel sekali-kali bukan dimaksud guna menekankan kepada satunya angka secara matematis. Sebab hal yang demikian memang tidak pernah dihadapi oleh Israel. Israel tidak pernah dihadapkan dengan persoalan: ada Allah satu atau lebih dari satu. Dewa-dewa atau berhala-berhala atau allah-allah yang lain tidak pernah dipandang sebagai Allah. Bagi Israel persoalannya bukan ada yang ilahi secara umum, lalu YHVH juga disebut yang ilahi. Bagi Israel tidak ada ketuhanan dalam arti yang umum, lalu YHVH adalah termasuk ketuhanan itu. Bagi Israel YHVH adalah satu-satunya yang ilahi, atau lebih tepat YHVH adalah satu-satunya Tuhan. Di luar TUHAN atau YHVH tidak ada yang dapat disebut Tuhan. Sebab bagi Israel hanya YHVH-lah yang telah memperkenalkan diri sebagai Allah.
5.1. Allah Tritunggal:
Doktrin mengenai “Tritunggal” merupakan pokok penting dalam iman Kristen. Perlu kita ketahui bahwa istilah Tritunggal atau Trinitas tidak akan kita temukan dalam Alkitab. Istilah ini dipergunakan hanya untuk menjelaskan ketritunggalan Allah, yaitu Allah yang terdiri dari tiga pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Allah yang Tritunggal tidak berarti ada tiga Allah. Trituggal berarti satu Allah yang Esa yang terdiri dari tiga pribadi. Kata “Trinitas” (Latin) dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari Allah, baik dalam hal keesaanNya maupun dalam hal keragamannya. Istilah Trinitas pertama sekali dicetuskan oleh Tertullianus (220 AD).
Allah Tritunggal merupakan sebuah konsep untuk menjabarkan Sang Pencipta dalam iman Kristen. Untuk memahami Allah harus dimulai dari kesadaran bahwa Allah yang tak terbatas, melampaui akal manusia yang terbatas. Itu sebabnya sesungguhnya manusia yang serba terbatas itu tidak mungkin bisa mempelajari Allah yang tidak terbatas. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa manusia tidak bisa menjelaskan siapa Allah. Tentunya manusia dapat mengenal Allah sebatas Allah menyatakan diriNya kepada manusia di dalam Firman Allah (Alkitab)
5.1.1 Allah tritunggal dalam Perjanjian Lama
Ayat yang pertama kali menyiratkan mengenai ketritunggalan dalam PL adalah:“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kej 1:26, Kejadian 3:2 dan Kejadian 11:7 . Kata “Kita” merupakan bentuk jamak. Terlihat jelas bahwa sejak awal penciptaan ketiga pribadi Allah telah bekerja sama untuk menciptakan alam semesta ini. Kejadian 1:2 bahkan menegaskan peran Roh Allah dalam penciptaan bumi.
Tritunggal terdiri dari tiga Pribadi: Kejadian 1:1; 1:26; 3:22; 11:7; Yesaya 6:8; 48:16; 61:1; Matius 3:16-17; Matius 28:19; 2 Korintus 13:14. Untuk ayat-ayat dari Perjanjian Lama, pemahaman Bahasa Ibrani sangatlah menolong. Dalam Kejadian 1:1, kata “Elohim” adalah dalam bentuk jamak. Dalam Kejadian 1:26; 3:22; 11:7 dan Yesaya 6:8, kata jamak “kita” yang digunakan. Dalam Bahasa Inggris hanya ada dua bentuk kata, tunggal dan jamak. Dalam Bahasa Ibrani ada tiga macam bentuk kata: tunggal, dual dan jamak. Dual HANYA digunakan untuk dua. Dalam Bahasa Ibrani, bentuk dual digunakan untuk hal-hal yang berpasangan, seperti mata, telinga dan tangan. Kata “Elohim” dan kata ganti “kita” adalah dalam bentuk jamak- jelas lebih dari dua.
5.1.2. Allah Tritunggal dalam Perjanjian Baru
Matius 3:16-17 “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan’.”
Matius 28:19 ““Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”
Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Yohanes 1:10 “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
1 Yohanes 5:7 “sebab ada tiga yang memberi kesaksian di surga: yaitu Bapa, Firman dan Roh Kudus, dan ketiganya adalah satu”, dan lain-lain.
Ayat-ayat tersebut dengan baik menjelaskan bahwa Allah Tritunggal adalah tiga pribadi yang Esa. Yaitu Allah Bapa, Anak (Yesus Kristus), Roh Kudus. Istilah pribadi sama sekali tidak berarti adanya perbedaan di dalam esensi. Semua pribadi pada diri Allah memiliki atribut ilahi. Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah. Setiap pribadi di dalam Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Namun, di dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan Roh Kudus melahirbarukan dan menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.
Konsep Iman Kristen Tentang Tuhan Yang Maha Esa
_____________________________________________ A. Bukti-bukti adanya Tuhan Allah
1. Argumentasi ontologis: Bukti ini ingin membuktikan bahwa Tuhan Allah ada, dengan menunjukkan kepada adanya pengertian tentang Tuhan. Tiap orang memiliki “Pengertian tentang Tuhan”. Oleh karena tiap orang memiliki “pengertian tentang Tuhan”, maka Tuhan tentu ada.
2. Argumentasi teleologis: Argumentasi teleologis mengatakan karena alam semesta mempertunjukkan desain yang begitu luar biasa, pastilah ada seorang desainer Illahi. Contohnya, kalau saja bumi lebih dekat atau lebih jauh beberapa ratus mil dari matahari, bumi ini tidak akan mampu mendukung kehidupan seperti yang ada sekarang ini. Jikalau unsur-unsur alam di atmosfir kita berbeda beberapa persen saja dari apa yang ada, semua mahluk hidup di atas bumi ini akan binasa
3. Argumentasi kosmologis/kausalitas. Setiap akibat pasti ada penyebabnya. Alam semesta dan segala isinya adalah akibat atau hasil. Pastilah ada sesuatu yang mengakibatkan segalanya ada. Pada akhirnya, haruslah ada sesuatu yang “tidak disebabkan” yang mengakibatkan segala sesuatu ada. Sesuatu yang “tidak disebabkan” itu adalah Allah.
4. Argumentasi moral. Setiap kebudayaan dalam sejarah selalu memiliki sejenis hukum/peraturan. Setiap orang memiliki perasaan benar dan salah. Pembunuhan, berbohong, mencuri dan imoralitas hampir selalu ditolak secara universal. Dari manakah datangnya perasaan benar dan salah ini kalau bukan dari Allah yang suci?
B. Hakekat Tuhan Allah
Keberadaan Tuhan Allah menurut agama-agama:
1. Agama Primitif/Agama suku: Yang Ilahi ada dimana-mana; pada pohon, sungai, lembah, kuburan dll, Alam penuh daya gaib, Harus dihormati kalau tidak bisa mengganggu, Bisa dimanfaatkan
2. Agama Hindu: Agama Hindu mempercayai ada suatu keberadaan yang mutlak yaitu Brahman, atau Sang Hyang Widhi. Keberadaan Brahman itu meresap pada seluruh alam, dan seluruh alam semesta adalah pancaran dari Brahman. Termasuk zat inti manusia yang disebut atman adalah berasal dari Brahman. Atman-atman inilah yang menjelma dalam bentuk . Makhluk-makhluk hidup. Penjelmaan atman ini terjadi secara berulang-ulang dan itulah yang disebut Reinkarnasi. Apabila karmanya buruk maka pencelmaan atmannya akan menjadi buruk, dan jika karmanya baik maka penjelmaannya akan lebih baik dan dapat menjadi dewa atau dewi.
3. Agama Budha: Menurut agama Budha, keberadaan Tuhan yang Maha Esa itu yang disebut Sang Hyang Adi Budha, adalah kekosongan. Menurut ajaran budha; kesempurnaan, kebenaran, kekuatan dan kebahagiaan dapat dirasakan, apabila manusia itu sampai kepada kekosongan (sunyata). Menghilangkan keakuan, egoisme berarti berusaha mencapai kekosongan. Jika seseorang telah berhasil mengosongkan dirinya, itu sama artinya dia telah mengalami kesempurnaan.
4 Agama Islam: Agama Islam Mempercayai dan menyembah hanya satu Tuhan atau Allah. Agama Islam sering menyebut dirinya sebagai Agama Tauhid, artinya agama yang mempercayai keberadaan Allah yang Esa. Bagi Islam kepercayaan kepada Allah yang Maha Esa, adalah salah satu inti utama dalam ajaran Islam.
5. Agama Kristen: Iman Kristen meyakini bahwa Allah itu adalah Esa. Hal itu dapat kita lihat dalam ayat-ayat Alkitab berikut: Ulangan 6:4: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa Maleaki 2:15: Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh , 1 Timotius 1:17: Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! 1 Tim 2:5: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.
Istilah Esa dalam bahasa aslinya dipakai kata ‘ekhad’ yang berarti “satu” atau “saja”. Arti satu disini sama dengan kata “satu” dari dua menjadi “satu” daging (Kejadian 2:24). Kata satu” disini berarti satu kesatuan.
Dari uraian di atas teranglah kiranya, bahwa kata 'ekhâd atau "esa" di dalam pengakuan iman Israel sekali-kali bukan dimaksud guna menekankan kepada satunya angka secara matematis. Sebab hal yang demikian memang tidak pernah dihadapi oleh Israel. Israel tidak pernah dihadapkan dengan persoalan: ada Allah satu atau lebih dari satu. Dewa-dewa atau berhala-berhala atau allah-allah yang lain tidak pernah dipandang sebagai Allah. Bagi Israel persoalannya bukan ada yang ilahi secara umum, lalu YHVH juga disebut yang ilahi. Bagi Israel tidak ada ketuhanan dalam arti yang umum, lalu YHVH adalah termasuk ketuhanan itu. Bagi Israel YHVH adalah satu-satunya yang ilahi, atau lebih tepat YHVH adalah satu-satunya Tuhan. Di luar TUHAN atau YHVH tidak ada yang dapat disebut Tuhan. Sebab bagi Israel hanya YHVH-lah yang telah memperkenalkan diri sebagai Allah.
5.1. Allah Tritunggal:
Doktrin mengenai “Tritunggal” merupakan pokok penting dalam iman Kristen. Perlu kita ketahui bahwa istilah Tritunggal atau Trinitas tidak akan kita temukan dalam Alkitab. Istilah ini dipergunakan hanya untuk menjelaskan ketritunggalan Allah, yaitu Allah yang terdiri dari tiga pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Allah yang Tritunggal tidak berarti ada tiga Allah. Trituggal berarti satu Allah yang Esa yang terdiri dari tiga pribadi. Kata “Trinitas” (Latin) dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari Allah, baik dalam hal keesaanNya maupun dalam hal keragamannya. Istilah Trinitas pertama sekali dicetuskan oleh Tertullianus (220 AD).
Allah Tritunggal merupakan sebuah konsep untuk menjabarkan Sang Pencipta dalam iman Kristen. Untuk memahami Allah harus dimulai dari kesadaran bahwa Allah yang tak terbatas, melampaui akal manusia yang terbatas. Itu sebabnya sesungguhnya manusia yang serba terbatas itu tidak mungkin bisa mempelajari Allah yang tidak terbatas. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa manusia tidak bisa menjelaskan siapa Allah. Tentunya manusia dapat mengenal Allah sebatas Allah menyatakan diriNya kepada manusia di dalam Firman Allah (Alkitab)
5.1.1 Allah tritunggal dalam Perjanjian Lama
Ayat yang pertama kali menyiratkan mengenai ketritunggalan dalam PL adalah:“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kej 1:26, Kejadian 3:2 dan Kejadian 11:7 . Kata “Kita” merupakan bentuk jamak. Terlihat jelas bahwa sejak awal penciptaan ketiga pribadi Allah telah bekerja sama untuk menciptakan alam semesta ini. Kejadian 1:2 bahkan menegaskan peran Roh Allah dalam penciptaan bumi.
Tritunggal terdiri dari tiga Pribadi: Kejadian 1:1; 1:26; 3:22; 11:7; Yesaya 6:8; 48:16; 61:1; Matius 3:16-17; Matius 28:19; 2 Korintus 13:14. Untuk ayat-ayat dari Perjanjian Lama, pemahaman Bahasa Ibrani sangatlah menolong. Dalam Kejadian 1:1, kata “Elohim” adalah dalam bentuk jamak. Dalam Kejadian 1:26; 3:22; 11:7 dan Yesaya 6:8, kata jamak “kita” yang digunakan. Dalam Bahasa Inggris hanya ada dua bentuk kata, tunggal dan jamak. Dalam Bahasa Ibrani ada tiga macam bentuk kata: tunggal, dual dan jamak. Dual HANYA digunakan untuk dua. Dalam Bahasa Ibrani, bentuk dual digunakan untuk hal-hal yang berpasangan, seperti mata, telinga dan tangan. Kata “Elohim” dan kata ganti “kita” adalah dalam bentuk jamak- jelas lebih dari dua.
5.1.2. Allah Tritunggal dalam Perjanjian Baru
Matius 3:16-17 “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan’.”
Matius 28:19 ““Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”
Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Yohanes 1:10 “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
1 Yohanes 5:7 “sebab ada tiga yang memberi kesaksian di surga: yaitu Bapa, Firman dan Roh Kudus, dan ketiganya adalah satu”, dan lain-lain.
Ayat-ayat tersebut dengan baik menjelaskan bahwa Allah Tritunggal adalah tiga pribadi yang Esa. Yaitu Allah Bapa, Anak (Yesus Kristus), Roh Kudus. Istilah pribadi sama sekali tidak berarti adanya perbedaan di dalam esensi. Semua pribadi pada diri Allah memiliki atribut ilahi. Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah. Setiap pribadi di dalam Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Namun, di dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan Roh Kudus melahirbarukan dan menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.