BAB XI CITRA PELAJAR KRISTEN
Ada beberapa tokoh yang menampilkan citra Kristen yang dapat dijadikan teladan, misalnya Abraham Lincoln, Martin Luther King, Bunda Theresa, Uskup Belo, John Wesley dan John Sung. Namun, tentu saja Tuhan Yesus adalah teladan utama (Roma 8:29). Ada beberapa ciri-ciri mencolok yang mereka miliki, sehingga mereka dapat dijadikan teladan, antara lain:
Pada sisi lain, bisa saja terjadi orang telah menampilkan citra Kristus, namun orang lain menolak karena mereka menyadari bahwa antara citra diri, nilai, kebutuhan, ambisi dan perilakunya tidak serasi. Misalnya, orangtua yang menyuruh anaknya rajin ke gereja, namun ia sendiri sibuk bekerja hingga tidak sempat untuk datang ke gereja.
Menampilkan citra Kristen berarti menyelidiki dan mengubah diri terus menerus sehingga semakin serupa dengan citra Kristus (Rom 8:29). Hal yang sangat mendasar di dalam menampilkan citra diri sebagai pengikut Kristus adalah selaras antara pemahaman mengenai Yesus Kristus yang penuh kasih, rendah hati, tulus melalui pikiran; perkataan dan perbuatan kita. Dengan kata lain, “kata-kata dibuktikan dengan tindakan yang nyata”.
1. Hidup yang Bersaksi
Apakah hidup yang bersaksi itu? Hidup yang bersaksi adalah hidup yang melalui pikiran, perkataan dan perbuatan memberitakan karya Kristus yang sudah mati karena dosa kita (1 Kor 15:3-4).
Mengapa kita perlu bersaki memberitakan karya Kristus (Injil)?
1. Agar dunia mengenal Allah dalam Yesus Kristus (Yoh 14:7).
2. Yesus sendiri mengamanatkan kepada kita untuk memberitakan Injil, kabar kesukaan, supaya semakin
banyak orang yang percaya dan memperoleh keselamatan hidup kekal yang diberitakan Allah kepada Dunia
melalui Yesus Kristus (Mrk 16:15-18; Mat 28:19-20).
3. Sebagai ucapan syukur kita atas karya keselamatan yang kita terima dari Allah melalui Tuhan Yesus Kristus.
Itulah keyakinan dan iman kita. Sangat tidak wajar bila yang telah kita terima dan alami kepada orang lain (1
Yoh 1:3).
Alkitab memberikan beberapa ciri dan sekaligus identitas gaya hidup yang bersaksi dari orang-orang percaya, antara lain:
a. Tahap pendekatan. Kita berupaya untuk menunjukkan perilaku, tutur kata yang sudah menjadi gaya hidup
kristiani kita seraya memohon pimpinan Roh Kudus.
b. Mulailah menawarkan percakapan tentang iman kita dan iman orang-orang yang kita anggap sebagai
panutan.
c. Pada tahap yang berikut, sudah saatnya kita memasuki pokok-pokok iman kita dan bagaimana seharusnya
hidup sebagai orang yang percaya kepada Kristus.
d. Membiarkan orang yang kita dekati itu secara bebas menyatakan keputusannya, seraya memohon
keterlibatan Roh Kudus untuk menggerakkan hati orang itu percaya pada pemberitaan yang kita sampaikan.
e. Bila dia menyatakan keyaknannya atas keselamatan dalam Yesus Kristus, hendaklah kita meneguhkan
keyakinannya itu, dengan tetap memberi dukungan atas keputusannya dan mengarahkannya untuk bergabung
ke salah satu gereja atau jemaat demi pembinaan selajutnya.
f. Jika rekan itu tidak memberi tanggapan, atau menolak untuk percaya, maka kita tidak perlu kecewa atau
berupaya untuk memaksanya percaya dengan berbagai cara, karena hal itu sepenuhnya bergantung pada diri
orang itu dan karya Roh Kudus.
Jadi, marilah kita hidup sebagai pengikut Krsitus. Citra diri kitaterwujud dalam gaya hidup kita sekaligus sebagai gambar apakah kita sudah benar-benar menjadi pengikut Kristus.
2. Hidup Sederhana
Apakah yang dimaksud dengan gaya hidup sederhana? Hidup sederhana berarti hidup dengan seadanya, bersahaja, secukupnya, tidak berlebih-lebihan. Misalnya, bila kita ingin makan makanan yang sehat, tidak harus dengan lauk yang beraneka ragam (ada ikan, daging, telur, dsb.), sayur dan buah yang bermacam-macam pula; kita cukup makan dengan satu jenis lauk, sayur dan buah. Tidak perlu berlebihan, baik jenis maupun jumlahnya. Hal yang sama dapat diterapkan dalam hal berpakaian, sepatu dan lain sebagainya, sepanjang hal itu bsesuai dengan kebutuhan.
Tuhan Yesus sendiri, dalam Doa Bapa Kami, secara tersirat mengajarkan hal hidup sederhana kepada murid-muridNya, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat 6:11). Begitupun Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius, menasihatkan bahwa orang yang menginginkan hidup kaya dan berlebihan akan jatuh ke dalam pencobaan, nafsu yang hampa dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. O9leh karena itu, kata Rasul Paulus, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim 6:8), sebab manusia tidak membawa sesuatu apa pun ke dalam dunia, begitu pula kalau meninggalkan dunia.
3. Hidup Saling memberi
Alkitab mengajarkan bahwa mereka yang hidup berkelimpahan adalah mereka yang hidupnya bermurah hati mengalirkan pemberian kepada sesamanya yang memerlukan. Sebab, lebih berbahagia mereka yang memberi daripada yang menerima. Seperti seluruh hidup Tuhan Yesus adalah hidup yang memberi, bahkan Tuhan Yesus memberikan yang paling berharga, yaitu nyawaNya sendiri bagi tebusan dosa kita.
Sebagai manusia yang berdosa kita sebenarnya tida mampu untuk memberi. Seringkali pemberian kita bersifat mencari balasan, takut dianggap orang kikir, membanggakan diri, menyatakan diri sebagai seorang yang bermoral dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu bermuara pada: “supaya dipuji orang”. Motivasi-motivasi seperti itu adalah sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus menyebutnya “munafik”, karena mengharapkan pujian dari orang lain (Mat 6:2). “Akan tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu” (Mat 6:3). Sebab, dengan berbuat demikian kita sesungguhnya tidak memberi kepada orang lain, melainkan kita berusaha mencari keuntungan yang berpusat pada pemujian diri sendiri.
Hanya orang yang mengalami penebusan dan kasih Kristus yang dapat memberi dengan hati tulus. Kita hanyalah sebagai alat saluran. Tujuan kita melakukan hal itu adalah untuk kemuliaan Tuhan, sebab Dialah satu-satunya yang berhak menerima pujian. Kita memberi untuk Tuhan, bukan untuk diri kita sendiri.
Rangkuman
Menampilkan citra Kristen berarti menyelidiki dan mengubah diri terus-menerus sehingga semakin serupa dengan citra Kristus (Rom 8:29). Hal yang sangat mendasar di dalam menampilkan citra diri sebagai pengikut Kristus adalah selarasnya antara pemahaman mengenai Yesus Kristus yang penuh kasih, rendah hati, tulus, dengan pikran, perkataan dan perbuatan kita. Dengan kata lain, “kata-kata dibuktikan dengan tindakan yang nyata”.
Ada beberapa tokoh yang menampilkan citra Kristen yang dapat dijadikan teladan, misalnya Abraham Lincoln, Martin Luther King, Bunda Theresa, Uskup Belo, John Wesley dan John Sung. Namun, tentu saja Tuhan Yesus adalah teladan utama (Roma 8:29). Ada beberapa ciri-ciri mencolok yang mereka miliki, sehingga mereka dapat dijadikan teladan, antara lain:
- kesadaran bahwa menampilkan citra Kristus merupakan tugas utamanya di dalam kehidupannya.
- meneliti kehidupan Tuhan Yesus dan menjadikanNya sebagai teladan utama.
- memetik berbagai aspek dari keteladanan Yesus dan perkataan-perkataan hikmat dari Alkitab untuk dijadikan arah perkembangan diri dari karyanya.
- membedakan dengan sadar nili-nilai kristiani dengan yang bukan.
- memiliki gaya hidup, penampilan dan gaya kerja yang unik serta keberanian mengambil resiko besar; dengan kata lian, memiliki citra diri yang kokoh dan sejalan denga citra diri sebagai pengikut Yesus Kristus.
- mampu mengkomunikasikan visi dan panggilannya (misi).
Pada sisi lain, bisa saja terjadi orang telah menampilkan citra Kristus, namun orang lain menolak karena mereka menyadari bahwa antara citra diri, nilai, kebutuhan, ambisi dan perilakunya tidak serasi. Misalnya, orangtua yang menyuruh anaknya rajin ke gereja, namun ia sendiri sibuk bekerja hingga tidak sempat untuk datang ke gereja.
Menampilkan citra Kristen berarti menyelidiki dan mengubah diri terus menerus sehingga semakin serupa dengan citra Kristus (Rom 8:29). Hal yang sangat mendasar di dalam menampilkan citra diri sebagai pengikut Kristus adalah selaras antara pemahaman mengenai Yesus Kristus yang penuh kasih, rendah hati, tulus melalui pikiran; perkataan dan perbuatan kita. Dengan kata lain, “kata-kata dibuktikan dengan tindakan yang nyata”.
1. Hidup yang Bersaksi
Apakah hidup yang bersaksi itu? Hidup yang bersaksi adalah hidup yang melalui pikiran, perkataan dan perbuatan memberitakan karya Kristus yang sudah mati karena dosa kita (1 Kor 15:3-4).
Mengapa kita perlu bersaki memberitakan karya Kristus (Injil)?
1. Agar dunia mengenal Allah dalam Yesus Kristus (Yoh 14:7).
2. Yesus sendiri mengamanatkan kepada kita untuk memberitakan Injil, kabar kesukaan, supaya semakin
banyak orang yang percaya dan memperoleh keselamatan hidup kekal yang diberitakan Allah kepada Dunia
melalui Yesus Kristus (Mrk 16:15-18; Mat 28:19-20).
3. Sebagai ucapan syukur kita atas karya keselamatan yang kita terima dari Allah melalui Tuhan Yesus Kristus.
Itulah keyakinan dan iman kita. Sangat tidak wajar bila yang telah kita terima dan alami kepada orang lain (1
Yoh 1:3).
Alkitab memberikan beberapa ciri dan sekaligus identitas gaya hidup yang bersaksi dari orang-orang percaya, antara lain:
- Dalam Mat 5:13-16, Tuhan Yesus berpesan: “Kamu adalah garam dunia”. Apa maksudnya? Maksudnya ialah kehendaknya kita dapat memberi pengaruh kepada orang lain, sebagaimana garam mengasinkan makanan dan membuatnya enak; juga sebagaimana ragi mengkhamiri adonan (Luk 13:21). Ditaruh dimana pun, sifat garam tidak berubah dalam sikap dan pemahaman akan karya Kristus itu.
- Kepada jemaat di Korintus, Paulus mengatakan: “Kamu adalah surat Kristus, yang ditulis dengan Roh dari Allah yang hidup” (2 Kor 3:3). Paulus menyampaikan perkataan ini untuk menggambarkan bagaimana seharusnya hidup orang Kristen. Dengan menjadi surat Kristus, karya keselamatan Kristus itu dapat dibaca orang orang lain melalui kehidupan kita.
- “Kami adalah kawan sekerja Allah” (1 Kor 3:9). Paulus menyaksikan dirinya sebagai kawan sekerja Allah. Hal ini juga berlaku bagi setiap orang yang menjalankan tugas pemberitaan, pelayanan dan persekutuan, sebagai wujud dari panggilan setiap orang percaya.
- “Kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:5). Yesus menyatakan diriNya sebagai pokok anggur sedangkan murid-murid adalah ranting-rantingnya. Ranting akan bergantung pada penyaluran makanan dari pokoknya, dan melalui rantinglah keluar buah yang diharapkan baik maupun oleh pokok itu sendiri. Bila kita terpisah dari pokok, yaitu Kristus Yesus, maka ranting akan mati dan tidak berguna lagi.
- “Kamu adalah terang dunia” (Mat 5:14). Setiap orang percaya hendaklah menjadi terang bagi sekelilingnya, sehingga ia dapat menjadi pemberi cahaya dalam kegelapan dunia, panutan dan cerminan kehidupan Kristus bagi orang-orang di sekitarnya.
a. Tahap pendekatan. Kita berupaya untuk menunjukkan perilaku, tutur kata yang sudah menjadi gaya hidup
kristiani kita seraya memohon pimpinan Roh Kudus.
b. Mulailah menawarkan percakapan tentang iman kita dan iman orang-orang yang kita anggap sebagai
panutan.
c. Pada tahap yang berikut, sudah saatnya kita memasuki pokok-pokok iman kita dan bagaimana seharusnya
hidup sebagai orang yang percaya kepada Kristus.
d. Membiarkan orang yang kita dekati itu secara bebas menyatakan keputusannya, seraya memohon
keterlibatan Roh Kudus untuk menggerakkan hati orang itu percaya pada pemberitaan yang kita sampaikan.
e. Bila dia menyatakan keyaknannya atas keselamatan dalam Yesus Kristus, hendaklah kita meneguhkan
keyakinannya itu, dengan tetap memberi dukungan atas keputusannya dan mengarahkannya untuk bergabung
ke salah satu gereja atau jemaat demi pembinaan selajutnya.
f. Jika rekan itu tidak memberi tanggapan, atau menolak untuk percaya, maka kita tidak perlu kecewa atau
berupaya untuk memaksanya percaya dengan berbagai cara, karena hal itu sepenuhnya bergantung pada diri
orang itu dan karya Roh Kudus.
Jadi, marilah kita hidup sebagai pengikut Krsitus. Citra diri kitaterwujud dalam gaya hidup kita sekaligus sebagai gambar apakah kita sudah benar-benar menjadi pengikut Kristus.
2. Hidup Sederhana
Apakah yang dimaksud dengan gaya hidup sederhana? Hidup sederhana berarti hidup dengan seadanya, bersahaja, secukupnya, tidak berlebih-lebihan. Misalnya, bila kita ingin makan makanan yang sehat, tidak harus dengan lauk yang beraneka ragam (ada ikan, daging, telur, dsb.), sayur dan buah yang bermacam-macam pula; kita cukup makan dengan satu jenis lauk, sayur dan buah. Tidak perlu berlebihan, baik jenis maupun jumlahnya. Hal yang sama dapat diterapkan dalam hal berpakaian, sepatu dan lain sebagainya, sepanjang hal itu bsesuai dengan kebutuhan.
Tuhan Yesus sendiri, dalam Doa Bapa Kami, secara tersirat mengajarkan hal hidup sederhana kepada murid-muridNya, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat 6:11). Begitupun Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius, menasihatkan bahwa orang yang menginginkan hidup kaya dan berlebihan akan jatuh ke dalam pencobaan, nafsu yang hampa dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. O9leh karena itu, kata Rasul Paulus, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim 6:8), sebab manusia tidak membawa sesuatu apa pun ke dalam dunia, begitu pula kalau meninggalkan dunia.
3. Hidup Saling memberi
Alkitab mengajarkan bahwa mereka yang hidup berkelimpahan adalah mereka yang hidupnya bermurah hati mengalirkan pemberian kepada sesamanya yang memerlukan. Sebab, lebih berbahagia mereka yang memberi daripada yang menerima. Seperti seluruh hidup Tuhan Yesus adalah hidup yang memberi, bahkan Tuhan Yesus memberikan yang paling berharga, yaitu nyawaNya sendiri bagi tebusan dosa kita.
Sebagai manusia yang berdosa kita sebenarnya tida mampu untuk memberi. Seringkali pemberian kita bersifat mencari balasan, takut dianggap orang kikir, membanggakan diri, menyatakan diri sebagai seorang yang bermoral dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu bermuara pada: “supaya dipuji orang”. Motivasi-motivasi seperti itu adalah sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus menyebutnya “munafik”, karena mengharapkan pujian dari orang lain (Mat 6:2). “Akan tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu” (Mat 6:3). Sebab, dengan berbuat demikian kita sesungguhnya tidak memberi kepada orang lain, melainkan kita berusaha mencari keuntungan yang berpusat pada pemujian diri sendiri.
Hanya orang yang mengalami penebusan dan kasih Kristus yang dapat memberi dengan hati tulus. Kita hanyalah sebagai alat saluran. Tujuan kita melakukan hal itu adalah untuk kemuliaan Tuhan, sebab Dialah satu-satunya yang berhak menerima pujian. Kita memberi untuk Tuhan, bukan untuk diri kita sendiri.
Rangkuman
Menampilkan citra Kristen berarti menyelidiki dan mengubah diri terus-menerus sehingga semakin serupa dengan citra Kristus (Rom 8:29). Hal yang sangat mendasar di dalam menampilkan citra diri sebagai pengikut Kristus adalah selarasnya antara pemahaman mengenai Yesus Kristus yang penuh kasih, rendah hati, tulus, dengan pikran, perkataan dan perbuatan kita. Dengan kata lain, “kata-kata dibuktikan dengan tindakan yang nyata”.